Senin, 16 Februari 2009

Dunia Cyber Antara Maslahat dan Madlorot

Globalisasi pada dasawarsa terakhir ini telah menimbulkan dampak yang sangat besar dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Dari perspektif optimis, globalisasi menjanjikan banyak peluang dan harapan bagi masyarakat dan negara-negara dunia ketiga untuk mengejar ketertinggalannya dalam berbagai bidang dari negara-negara maju. Sementara itu dari perspektif pesimis, globalisasi bagi sebagian orang merupakan sosok hantu yang menakutkan, karena globalisasi akan berakibat buruk bagi distribusi kekayaan antar negara, kesempatan kerja, kebudayaan lokal, peran negara, dan dapat memperparah kondisi kemiskinan di negara-negara berkembang. [i]

Salah satu motor penggerak globalisasi yang paling efektif adalah teknologi komunikasi. Berkembang pesatnya teknologi, terutama di bidang komunikasi telah membawa suatu revolusi dari abad industri ke abad informasi. Pengaruh teknologi ini semakin besar, ketika jaringan telepon telah bersinergi dengan komputer dan berubah menjadi jaringan internet, jaringan komunikasi interaktif raksasa yang tiada duanya di dunia.[ii]

Kecepatan dalam berkomunikasi ini, pada gilirannya membuat perubahan-perubahan dalam kehidupan semakin cepat. Kebebasan dalam mendapatkan informasi hampir tiada batas, dan dunia pun semakin tidak berjarak. Internet adalah jaringan Personal Computer (PC) yang terintegrasi tanpa batas ruang dan waktu, yang menawarkan kombinasi teknologi informasi, penyimpanan, dan pencarian dengan telekomunikasi global.[iii]

Satu misi yang diusung bersamaan dengan lahirnya internet adalah "mempermudah kehidupan manusia dalam menjalankan tugas-tugas dan aktivitasnya." Di satu sisi, tidak dapat dipungkiri bahwa internet memberikan berbagai kemudahan, di antaranya adalah semakin cepatnya arus informasi dan makin mudahnya menjangkau dunia ke dalam genggaman tangan. Karena kumpulan informasi global dalam internet akan dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Berbagai macam institusi dan segala karakter individu memanfaatkan internet dan mengarungi rimba cyberspace untuk mendapatkan berbagai macam kepentingan, mulai dari kepentingan mata pencaharian, memperluas wawasan, memperdalam ilmu pengetahuan, sampai kebutuhan mendapatkan leisure time.[iv]

Saat ini internet, yang diklaim sebagai teknologi paling canggih menawarkan berbagai bentuk sajian yang tidak saja fenomenal, tapi juga menggiurkan. Jika dilihat dari segi pragmatisme, internet telah menyumbangkan banyak hal yang positif dan konstruktif. Karena di dunia maya ini adalah rimbanya berbagai macam informasi, berita, sampai ke persembahan ilmu, sains, teknologi, pendidikan, filsafat, gender, ekonomi, sosial, budaya, politik, bahkan hingga sajian wacana-wacana spiritualitas keagamaan yang sangat inklusif, pluralis, bahkan liberal tersaji di dalamnya.

Tetapi di sisi yang lain, internet juga dipenuhi dengan berbagai sajian pornografi, penuh gambar-gambar seks, cerita porno, dan hal-hal yang berbau seks lainnya. Situs seksualitas berlimpahan dengan menawarkan berbagai. sajian seks dengan gaya dan kemasan masing-masing. Nama-nama situs seks, seperti netsex, tinysex, virtual sex, cyborgasm dan lain sebagainya bermunculan di belantara internet. Karena itu, wajar jika kemudian muncul persepsi negatif terhadap internet yang dianggap sarat dengan seks dan pornografi dan anggapan tersebut tidaklah salah.

Salah satu sasaran yang sangat rentan dari sajian pornografi yang melimpah ruah di berbagai situs internet adalah kaum remaja. Karena masa remaja adalah masa dimana seseorang sedang mengalami masa peralihan atau masa pancaroba, sehingga seringkali remaja bertingkah laku hanya berdasar pemikiran yang praktis. Segala sesuatu yang kelihatan menarik bagi remaja, maka ia akan berusaha untuk memiliki dan mendapatkannya tanpa mempertimbangkan efek dan dampak negatimya. Masa remaja dalam budaya Barat dipandang sebagai periode strom and stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, serta munculnya perasaan teralienasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.[v]

Pada masa remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif terhadap berbagai peristiwa dan situasi sosial. Untuk mencapai kematangan emosi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama keluarga dan teman sebaya.[vi] Perilaku individu di dalam kehidupan sehari-hari terimplemantasikan dalam beragam bentuk mulai dari hal yang konkrit dan sederhana (seperti berjalan, berpakaian, bertutur kata dan sebagainya) hingga pada prilaku yang bersifat abstrak (seperti iri hati, cara memecahkan persoalan dan lain sebagainya).

Beragam tingkah laku tersebut, senantiasa berhubungan dengan lingkungan, baik aktif maupun pasif. Hal ini akan berpengaruh terhadap sikap atau kepribadian individu yang bersangkutan. Pada prinsipnya, individu memberi dan menerima lingkungan, bahkan individu ada yang menolak lingkungannya, sesuai dengan tingkat adaptasi mereka terhadap lingkungan itu sendiri. Dari sini bisa dilihat bahwa pada dasamya antara individu dengan lingkungannya terjadi interaksi yang berlangsung secara kontinyu. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport, sebagaimana dikutip oleh Abdul Aziz Ahyadi sebagai berikut : “Personality is dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustment to his environment.” (Kepribadian ialah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya) .[vii]

Padahal, saat ini dengan teknologi internet, semakin mudah bagi remaja untuk mendapatkan berbagai bentuk sajian seks online (cybersex) tanpa filter. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak negatif bagi remaja, sehingga dalam waktu dekat atau malah saat ini jenis-jenis pornografi ini akan menjadi persoalan serius yang menyangkut masalah moral. Pada tataran aksi dampak cybersex bisa berwujud kekerasan seksual. yang bersifat kriminal, sedangkan dalam tataran ideologis akan melahirkan berbagai perilaku seks yang menyimpang.[viii]

Dalam konteks generasi muda sebagai harapan perkembangan dan kemajuan bangsa di masa depart, pornografi merupakan salah satu bahaya yang mengancam langsung mentalitas dan moralitas generasi muda. Bahaya ini bisa bersifat sangat instan bagi anak-anak dan remaja yang pengetahuan tentang seksnya masih nol. Ancaman terhadap generasi muda inilah yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak, dalam rangka membentuk generasi penerus yang memiliki integritas tinggi, dan punya tanggung jawab moral yang kuat.[ix]

Oleh karena itu, dalam kondisi ini remaja sangat memerlukan suatu pegangan atau kekuatan luar yang dapat membantu mereka dalam mengatasi dorongan dan keinginan baru yang belum mereka kenal sebelumnya. Di sinilah peran pendidikan dibutuhkan untuk membentuk remaja yang mempunyai kepribadian baik.[x] Proses pembentukan kepribadian ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 78.

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya :"Dan sesungguhnya Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. " (QS. an-Nahl: 78)[xi]

Ayat di atas menjelaskan bahwa semua manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama tanpa melihat berbagai macam suku, ras, dan kedudukan seseorang. Manusia terlahir dalam keadaan belum bisa berfikir tentang segala sesuatu yang ada di muka bumi ini. Oleh karena itu dengan kekuasaan Allah, Allah memberikan kenikmatan, kekuatan, dan kesempurnaan panca indera dan akal pikiran kepada manusia, adalah dalam rangka memberikan kesempatan kepada manusia agar dapat mengetahui, memahami dan berfikir tentang segala sesuatu yang ada di muka bumi ini baik yang terlihat maupun tidak terlihat.

Semakin banyak manusia bisa mengetahui, memahami, dan berfikir tentang segala sesuatu tersebut diharapkan manusia menyadari siapa dirinya dan mampu memahami siapa Tuhannya, maka diharapkan manusia tersebut dapat memiliki kesadaran diri, tahu akan dirinya dan mampu mengendalikan diri. Dengan sikap seperti itu mampu membentuk kepribadian yang baik dan akhlak yang luhur.

Menjadi tugas kita karena Pendidikan Agama Islam atau pembinaan moral merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila. Hal ini sebagaimana konsep moral yang ditawarkan Ibnu Maskawaih dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq wa That-hir al-A'raq, sebagaimana yang dikutip oleh Sudarsono yang menekankan pada sifat keislaman, dengan tidak mengabaikan dimensi kultural dan aspek tradisional yang tidak bertentangan secara prinsipil dengan ajaran Islam.[xii]

Munculnya berbagai sajian yang melanggar norma (baca:pornografi) di Internet sangat rentan bagi remaja yang masih dalam tahap pencarian jati diri, sehingga perlu diantisipasi oleh berbagai pihak. Bentuk pornografi jenis baru ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam dalam upaya untuk menanggulanginya dan mencari jalan pemecahannya.


Kepustakaan

[i] Mahmud Thoha, "Globalisasi Antara Harapan dan Kecemasan", dalam Mahmud Thoha (ed.), Globalisasi, Krisis Ekonomi, dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta : Pustaka Quantum, 2002), hlm. 1

[ii] Zarida Hermanto, "Perkembangan Media Komunikasi di Era Globalisasi", dalam Mahmud Thoha (ed.),Ibid, hlm. 167

[iii] Joanna Buick dan Zoran Jevtic, Internet dan Cyber Space, Terj. Ahmad Zaini, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 8

[iv] Ibid, hlm. 108

[v] H. Syamsu Yusuf L.N., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : Remaja Rosadakarya, 2000), hlm. 184

[vi] Ibid, hlm. 197

[vii] Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 66-67

[viii] Rudi Gunawan, "Cyberporn di Indonesia", dalam Esti Lestarini (ed), Pelacur dan Politikus, (Jakarta : Grafiti, 1997), hlm. 74

[ix] Ibid., 72 – 74

[x] Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm. 112

[xi] Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an, al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Indah Press, 1994), hlm. 413

[xii] Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), hlm. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar