Jumat, 20 Februari 2009

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THING-PAIR- SHARE(TPS) PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA

Oleh :
Sugiyanta Widyaiswara/LPMP DIY
(Sumber: http://lpmpjogja.diknas.go.id// 4 November 2008.)

Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Thing-Pair-Share(TPS) dalam pembelajaran IPA Fisika terhadap kualitas interaksi siswa di kelas dan hasil belajar siswa. Untuk keperluan tersebut maka model penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas(PTK). Subjek penelitian adalah kelas VII F di SMP Negeri I Kalasan ,yang terdiri dari 38 siswa. Adapun data penelitian diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dan tes tertulis. Data tersebut akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe Thin-Pair-Share(TPS) dalam pembelajaran IPA Fisika mampu meningkatkan kualitas interaksi siswa dalam kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe TPS

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah :
Berdasarkan pengalaman di lapangan, kualitas interaksi kelas masih relatif kurang optimal, distribusi kemampuan pada siswa kurang merata, yaitu cenderung memusat pada kelompok atas, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil refleksi dan kajian yang dilakukan, maka untuk memperbaiki struktur interaksi kelas yg demikian ,model pembelajaran yang perlu diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Thing-Pair-Share(TPS).Rumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah hasil belajar IPA Fisika dan kualitas interaksi siswa kelas VII F melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipeThing-Pair-Share(TPS)?

Tujuan Penelitian:
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sedangakan secara khusus adalah untuk mendapatkan informasi hasil belajar IPA Fisika, siswa kelas VII F melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipeThing-Pair-Share(TPS).Manfaat Manfaat bagi siswa: meningkatkan motivasi belajar, berbagi pengetahuan, dan meningkatkan hasil belajar.Manfaat bagi guru : meningkatkan motivasi dan kinerja khususnya layanan pendidikan(pembelajaran), masukan dalam upaya pemecahan masalah pembelajaran secara kreatif dan inovatif.

B. METODE PENELITIAN
Setting Penelitian:
Penelitian dilakukan di SMP N 1 Kalasan, Sleman, Yogyakarta tahun Pelajaran 2005/2006, dengan subjek penelitian siswa kela VII F yang berjumlah 38 siswa.Adapun prosedur penelitian dilakukan dengan penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan penilian. Secara umum pada langkah awal implementasi pembelajaran guru menjelaskan tujuan pembelajaran, penjelasan singkat materi bahasan dan pertanyaan perangsang motivasi. Langkah selanjutnya untuk menemukan jawaban, siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan beberapa kegiatan eksperimen dengan panduan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pembagian kelompok memperhatikan hetrogenitas. Setelah kegiatan eksperimen siswa secara berpasangan berbagi pengalaman-pengetahuan untuk menjawab pertanyaan dalam LKS. Berikut mekanisme pembentukan kelompok dan pasangannya.KELOMPOK EKSPERIMEN Kel. 1Siswa:ABCD Kel. 2Siswa:ABCD Kel. 3Siswa:ABCD Kel. 4 Siswa:ABCD Kel. 1Siswa:ABCD Kel. 2Siswa:ABCD Kel. 3Siswa:ABCD Kel. 4Siswa:ABCD PASANGAN
Setelah proses dalam kelompok dan pasangan selesai, guru meminta jawaban dari masing-masing pasangan dan meminta tanggapan dari pasangan lain. Apabila jawaban telah mengerucut/mendekati kebenaran konsep guru memberi penghargaan dan memvalidasinya serta memberikan penekanan yang diperlukan. Namun apabila belum tepat maka guru memberikan penjelasan dan penekanan jawaban seperlunya. Pada akhir pembelajaran guru memberi perntanyaan kuis untuk mengevaluasi ketercapaian kompetensi dan pengayaan pengetahuan siswa. Setelah pembelajaran selesai, guru bersama kolaborator dan siswa yang dipilih secara acak melakukan refleksi terhadapad proses pembelajaran yang telah berlangsung dan membuat rencana tindakan pada siklus berikutnya.

Prosedur Penelitian Perencanaan :
Menyusun sintaks pembelajaran dan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), Lembar Kerja Siswa(LKS), pembagian kelompok eksperimen dan kelompok pasangannya, serta alat laboratorium dan media pembelajran yang diperlukan. Pelaksanaan : melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai sintaks pembelajaran dan RPP yang telah disusun. Selama kegiatan pembelajaran dengan dilakukan pengamatan dan mencatat kejadian-kejadian yang dianggap penting, sebagai bahan masukan dan pedoman dalam melakukan refleksi.
Penilaian: melakukan refleksi berdasarkan catatan yang diperoleh dari instrumen observasi kelas dan observasi guru serta pendapat siswa untuk memperbaiki rancangan pembelajaran dan menyususn rencana tindakan pada siklus berikutnya. Instrumen, Analisis Data dan RefleksiData dalam penelitian ini terdiri atas (1) skor hasil belajar siswa,(2)skor interaksi siswa dalam kelas,(3) skor kegiatan guru dalam pembelajaran,dan (4)skor tanggapan siswa teradap proses pembelajaran. Untuk mendapatkan data tersebut digunakan instrumen berupa (1) tes ulangan arian,(2)Lebar observasi Kelas,(3)Lembar Observasi Guru, dan (4) angket siswa.Adapun data penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, dengan ketentuan: (1) hasil belajar siswa didasarkan pada batas ketuntasan individual 65%, dan ketuntasan
klasikal 85%, (2) Data ineteraksi kelas dianalisis secara kualitatif dengan 5 katergori yang telah ditetapkan secara statistik:baik sekali-baik-cukup-kurang-kurang sekali,(3) data aktivitas guru dianalisis secara kualitatif, dilihat sejauhmana telah sesuai prosesdur yang telah ditetapkan, (4)data hasil angket siswa dianalisis secara deskriptif dengan lima kategori seperti pada data interaksi kelas.


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah diperoleh, berikut ini gambaran secara sederhana alur rencana dan tindakan pada masing-masing siklus.

Siklus I
Kondisi :
Siswa termotivasi oleh pertanyaan gurumeski sudah ditentukan anggota kelompoknya, siswa cenderung memilih teman sejenis, teman yg pandai untuk menjadi anggota kelompok.siswa yang kurang pandai cenderung ditolak.siswa masih gaduh, kuarng kompak, sehingga banyak menyita waktu.jika dipasangkan dengan teman yang berlainan jenis, siswa cenderung menolak, dan tidak akrab.sebagian kelompok tidak dapat menyelesaikan percobaan dan menjawab pertanyaan LKS sesuai waktu yang telah ditentukan.Rencana Tindakan hasil refleksi : menyiapkan media yang diperlukan. Menyiapkan alat laboratorium sesuai dengan kbutuhan.menyusun kembali susunan anggota kelompok eksperimen dan kelompok
pasangan.menata susunan meja belajar agar lebih interaktif.

Siklus II
Kondisi :
Kegaduhan berkurangbebrapa siswa masih gaduh, belum enjoy dengan kelompok dan pasangannya.sebagian siswa sudah mulai aktif dan menyesuaikan diri dalam kelompoknya.keaktifan siswa belum merata, cenderung hanya siswa yang terbiasa aktif dan pandai yang aktif dalam kelompok.siswa masih cenderung malu, enggan untuk bertanya maupun menjelaskan baik terhadap pasangannya maupun dengan kelompok lain.siswa pandai masih cenderung masih menyimpan pngetahuannya(egois) dan siswa kurang pandai tidak percaya diri untuk bertanya maupun menjelaskan pengetahuannya.

Rencana Tindakan hasil refleksi :
1. guru menjelaskan manfaat bekerja kelompok pada siswa di awal kegiatan.
2. guru menjelaskan aturan main lebih rinci pada saat kerja kelompok maupun saat berbagi dengan pasangannya.
3. memberi penghargaan pada kelompok atau pasangan yang mampu menyelesaiakan tugasnya dengan baik dan benar sesuai waktu.
4. siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi yang diimbasakan pada pasangannya.
5. siswa mengajukan pertanyaan kepada sesama anggota kelompok sebelum bertanya pada guru.

Siklus III
Kondisi:
kelas cukup interaktif, ditandai dengan banyaknya pertanyaan antar kelompok.kegaduhan tidak tampak.siswa belajar bertanggung jawab terhadap materi yang diimbaskan pada pasangannya.siswa bertanggung jawab pada kelompoknya jika ada pertanyaan dari kelompok lain.sebagian besar siswa tampak lebih enjoy dalam pembelajaran.ada beberapa siswa (7,89%) kurang senang dengan model pembelajaran
karena ingin belajar lebih cepat dan mandiri.

Hasil refleksi :
Guru senang dan puas dengan proses pembelajaran.Guru bangga atas keaktifan siswa, karena selama ini siswa cenderung pasif dalam kelompok.siswa merasa senang dan enjoy dalam pembelajaran.siswa mau berbagi pengetahuan dengan temannya/tidak egois.pengelolaan waktu belum efisien, sehingga kedepan pengelolaan waktu agar lebih disiplin.hasil belajar meningkat, dengan rata-rata ketuntasan diatas batas ketuntasan minimal.distribusi kemampuan semakin merata. D. Simpulan dan

D. KESIMPULAN SARAN SARAN
Kesimpulan :
Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Thing-Pair-Share(TPS) pada materi pokok bahasan Zat dan Wujudnya pada siswa kelas VII F dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas interaksi siswa di kelas.
Saran :
(1) Guru perlu meneliti, mengembangkan dan menerapkan model TPS pada pokok bahasan dan atau kelas yang berbeda karakteristiknya,
(2) guru perlu meneliti lebih lanjut dengan memperluas aspek penelitian, agar dapat diperoleh makna yang lebih luas dan mendalam,
(3) pengelolaan waktu perlu lebih diperhatikan dalam penerapan model TPS agar sesuai prosedur rencana tindakan yang telah ditetapkan.

E. DAFTAR PUSTAKA
Bambang Subali,(2002). Pedoman khusus penyusunan silabus berbasis kemampuan dasar siswa SMP. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.
Bloom, B.S.(1976). Human characteristic and school learning. New York : Mc. Grow Hill.Depdiknas.(2004). Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Depdiknas.
Euwe Van den Berg.(1991). Miskonsepsi fisika dan remidiasi. Salatiga: UKSW. Fernandes, H,J.X.(1984). Testing and Measurement. Jakarta: national Educational Planning.
Ibrahim, dkk.(2000). Pembelajan Kooperatif. Surabaya: University Press.Imam Barnadib.(1995). Beberapa aspek substansi ilmu pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.
Moh. Amien.(1987). Mengajarkan ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan menggunakan metode discoverydan inquiri.Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.Maslow, A.H.(1971). The farther reaches of human nature. New York: The Viking Press.
Mitchel, B.W.(1976). Planning for creative learning. Washington : Kendall/Hunt Publishing Company.
Moh. Sidin Ali(1995). Kreativitas, kemampuan operasi logic dan kemampuan dasar berhitung dengan prestasi belajar fisika pada siswa SMA di kota madya Ujung Pandang.Tesis Yogyakarta.
Munandar, S.C.U.(1977). Creativity and education : Study relationship between measure of creative thinking and a number of educational variables in Indonesian primary and junior secondary schools. Jakarta : UI
Rowe, B.M.(1970). Wait-time and reward as instructional variable: Influence on inquiry and sense and fate control. New York : Columbia University.
Saifudin Azwar.(1976). Tes Pestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Slavin, R.E.(1995). Cooperative learning, theory, research, and practice. Second edition. Boston : Allyn and Bacon.
Sukamto.(1997). Course material on applied educational research. Medan : PPGT.
Treffinger, D.J.(1992).Encouraging creative learning for gifted and talented. Ventura Clif : Ventura Country Super Intendent of School Office.
Woolfolk,A.E.(1984). Educational phsycology for teachers. New Jersey: Printice-Hall. Inc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar